Rusia mengambil langkah mengejutkan dengan mengirim kekuatan militernya ker Suriah untuk membantu Assad melawan ISIS dan juga kelompok pemberontak. Menurut laporan sejumlah media Rusia juga mengerahkan tidak kurang dari setengah lusin tank T-90, 15 artileri berat self-propelled dan 35 kendaraan tempur infanteri bersama dengan sekitar 200 personel dari marinir ke negara yang dilanda perang hebat dalam beberapa tahun terakhi rini.
Yang menarik adalah Main Battle Tank T-90. Di ladang pertempuran kali ini tank tersebut berpeluang untuk adu kekuatan dengan Tank M1A1 Abrams yang dimiliki ISIS. Seperti diberitakan beberapa waktu lalu ISIS berhasil merampas sejumlah peralatan perang tentara Irak, termasuk Tank Abrams yang ditinggalkan Amerika untuk mereka. Meski perampasan dilakukan di Irak tetapi mungkin saja kemudian dibawa ke medan pertempuran di Suriah oleh ISIS.
Lalu bagaimana jika T-90 yang dibawa militer Rusia nantinya bertemu dengan Abrams yang digerakkan ISIS? Siapa yang akan unggul?
Hal yang harus diperhatikan adalah secara personel tentara Rusia jelas lebih unggul dalam mengoperasionalkan tank utama mereka. Sementara ISIS, meski mungkin diperkuat veteran tentara Sadam tetapi mereka tidak benar-benar ahli dalam menjalankan Abrams. Ini sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Pada masa lalu tentara Irak justru diperkuat dengan senjata buatan Soviet. Tetapi yang harus diingat senjata yang dibangun era Soviet, khususnya untuk ekspor secara umum tidak memiliki peralatan paling canggih. Selain itu, pelatihan awak, taktik, pemeliharaan, ketersediaan suku cadang dan dukungan logistik mungkin tentara bawah standar dan ini tergambar nyata ketika pasukan Saddam Hussein benar-benar tidak berdaya ketika digempur AS dalam perang Teluk pertama.
Demikian juga dengan versi ekspor senjata Amerika yang biasanya tidak secanggih alat yang dipakai sendiri. Dalam hal ini Abrams yang ada di tangan ISIS adalh versi ekspor yang dijual ke Irak. Aslinya M1A1 SA memiliki banyak fitur canggih. Tetapi itu yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Tank yang dijual ke Irak tidak memiliki armor uranium. Selain itu Abrams Irak tidak dilengkapi dengan fitur-fitur seperti eksplosif baja reaktif yang akan membantu mereka bertahan dari gempuran senjata anti-tank. Ditambah dengan kemampuan rendah tentara Irak maka senjata ini dengan mudah diambil alih oleh ISIS.
ISIS bisa jadi justru memiliki tingkat kedisiplinan lebih tinggi dibandingkan tentara Irak termasuk dalam menjalankan Abrams. Tetapi apakah kelompok tidak miliki jalur logistik untuk terus menjalankan tank tersebut? Harus diketahui Abrams adalah sebuah mesin yang sangat kompleks dan membutuhkan perawatan sangat intensif serta ketersediaan suku cadang yang tinggi. Dan tentu saja amunisi. Selain itu, mesin turbin gas 1500HP yang digunakan hanya bisa menggunakan bahan bakar JP-8.
Secara keseluruhan, jika ada pertemuan antara T-90 Rusia dan kelompok ISIS yang mengoperasikan Abrams, kemungkinan tentara Rusia akan memegang kendali penuh. Masalah utama Rusia mungkin justru bukan dari Abrams, tetapi dari granat dan roket anti tank yang dibawa oleh ISIS untuk menggempur mereka.
0 comments:
Post a Comment