WELCOME TO MY BLOG

Thursday, April 27, 2017

LONCENG KEMATIAN PARTAI PENGUASA DI PILPRES 2019

Ora mangan nongkone, kenek pulute (tidak ikut makan buah nangkanya, tapi terkena getahnya). Peribahasa Jawa ini tampaknya sangat relevan untuk menggambarkan situasi di tubuh partai penguasa PDIP pasca gelaran Pilkada DKI.
Kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah menyeret partai bermoncong putih itu terjerembab dalam kubangan lumpur hitam. Totalitas PDIP dalam memperjuangkan Ahok dengan begitu getol tanpa disadari berdampak serius terhadap partai pemenang pemilu 2014 silam tersebut.
Keukeuh melindungi Ahok yang berstatus sebagai tersangka kasus penistaan agama membuat PDIP mengalami penurunan elektabilitas yang sangat tajam.

Abrasi Suara
Merujuk pada hasil Pilkada 2017 yang diadakan serentak secara nasional, dengan mengejutkan PDIP mengalami kekalahan telak di beberapa daerah. Di Banten misalnya, partai besutan Megawati ini yang diprediksi bisa menang mudah ternyata kalah telak. Pun demikian dengan Pilkada DKI.
Sementara itu, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) suara PDIP juga mengalami penurunan tajam. Dari lima kabupaten di DIY, hanya Kulonprogo saja yang masih menjadi basis terbesar PDIP. Sedangkan untuk daerah-daerah yang sebelumnya menjadi kantong-kantong suara PDIP seperti Gunung Kidul, Bantul dan Sleman justru mengalami abrasi suara.
Fenomena melemahnya gelombang suara PDIP di beberapa daerah ini mengindikasikan bahwa pengaruh Ahok Effeks sukses membuat partai penguasa ini kelimpungan. Menurunnya elektabilitas PDIP merupakan lonceng ‘kematian’ terhadap nasib partai moncong putih dalam menghadapi hajatan akbar 2019 mendatang.
Selain terpapar kasus Ahok, praktik korupsi para pejabat dari PDIP seperti Bupati Klaten juga turut mempengaruhi mengapa kepercayaan publik terhadap partai ini menurun. Ironisnya, dalam kasus Ahok, PDIP justru lebih memilih bertaruh dengan seseorang yang sebenarnya tidak memiliki garis nasab atau sanad yang shiheh dengan partai pengusung itu sendiri. Secara struktural jelas Ahok bukanlah kader dan sedikitpun tidak ada irisan dengan PDI-P, tapi entah mengapa Presiden Jokowi dan Megawati begitu membabi-buta dalam melindungi sosok Ahok hingga harkat dan martabat partai menjadi tumbal. Pertanyaannya siapakah Ahok ini, yang membuat Jokowi dan Megawati begitu termehek-mehek? Bahkan pasca gagal melaju di Pilkada DKI, rumor berhembus bahwa presiden Jokowi telah menggaransi posisi Ahok untuk menggantikan Mendagri, sekalipun ia berstatus sebagai ‘napi’? Entahlah, hanya Jokowi dan Mega yang tahu.


0 comments:

Post a Comment